Trip to Japan 2025 (include Budget Trip) part 1
Tidak disangka, saya mencoba login akun Blogger saya lagi setelah vakum 5 tahun. Tujuan utama saya menulis cerita perjalanan ini agar ketika saya mulai lupa seperti apa rasanya jalan-jalan di Jepang, saya cukup membaca tulisan ini dengan tersenyum. Tidak mudah untuk merealisasikan perjalanan ini, jadi saya berusaha agar selalu ingat nuansanya, bukan sekedar mengabadikan melalui foto atau video.
Apakah Jepang adalah negara impian yang saya kunjungi? Hmm, sepertinya tidak juga. Mungkin takdir yang membuat saya melangkahkan kaki ke Negeri Sakura. Saya bukan wibu atau pecinta anime Jepang, saya lebih menikmati drama korea daripada dorama. Tetapi untuk berlibur, saya memang lebih tertarik mengunjungi Jepang daripada Korea. Saya penasaran dengan public transport-nya terutama sistem kereta api di Jepang. Selain itu, Jepang sepertinya lebih ramah dengan turis, jadi kesenjangan bahasa sepertinya tidak menjadi kendala berarti.
Saya pergi ke Jepang tanggal 15 Mei 2025 dengan menggunakan pesawat malam dan tiba kembali di Jakarta tanggal 22 Mei 2025. Jadi, saya berada di Jepang selama 7 hari atau 1 minggu. Saya beli tiket pesawat ke Jepang juga karena saat bulan Agustus 2024, Garuda Indonesia mengadakan event Garuda Online Travel Fair (GOTF). Karena harga yang ditawarkan masih reasonable untuk kantong saya, jadi saya pun ikut join dalam rencana trip kali ini. Saat itu, harga tiket Jakarta-Tokyo Haneda PP di harga Rp 5.714.600,- namun karena saya membeli tiket via travel, jadi tiket yang saya bayarkan menjadi Rp 5.850.000,-. Masih cukup lama sekitar 9 bulan menuju keberangkatan, jadi hitung-hitung saya sambil menabung (niatnya sih seperti itu). Karena kota kedatangan dan kepulangan juga sama-sama Kota Tokyo, dengan waktu 1 minggu yang dimiliki, saya dan teman memutuskan untuk mengeksplor area sekitar Tokyo saja. Karena ternyata dengan waktu 1 minggu yang kami miliki pun, rasanya masih kurang atau ada saja tempat yang belum kami kunjungi.
Bulan Februari 2025, saya mengajukan Visa Kunjungan Sementara untuk Tujuan Wisata. Lho bukannya ke Jepang bebas visa ya? Ya, itu berlaku untuk pemegang e-Paspor dan mereka juga masih tetap harus mengajukan Visa Waiver dengan bebas biaya. Sementara paspor yang saya miliki adalah paspor biasa, jadi nggak relate ya haha. Berapa biayanya? Total yang saya bayarkan ke Japan Visa Application Center Jakarta adalah Rp 560.000,- dengan rincian:
- Visa Fee = Rp 330.000,-
- VFS Service Charge = Rp 230.000,-
Sekitar 3 hari kerja semenjak apply tersebut, visa bisa diambil ke Japan Visa Application Center Jakarta, Kuningan, Jakarta. Visanya itu elektronik, jadi tidak ditempel di paspor. Saya memperoleh selembar kertas yang disitu memuat barcode, dan kalau discan baru keluar visa kita. Tapi pertanyaan dari orang awam seperti saya adalah kenapa tidak dikirim via email saja visa atau barcodenya, namun mungkin ada alasan lain yang saya tidak paham ya, alasan keamanan maybe.
Setelah visa sudah di kantong, next kami mencari tempat untuk beristirahat. Ada beberapa pilihan antara booking apartemen di Airbnb atau booking hotel seperti biasa. Akhirnya setelah diskusi dengan rekan seperjalanan, 3 bulan sebelum berangkat, kita akhirnya memilih apartemen di Airbnb karena harganya yang lebih terjangkau daripada hotel. Waktu berjalan, ternyata salah satu teman memutuskan untuk membatalkan perjalanannya, sehingga reservasi yang sudah kita lakukan di Airbnb terpaksa dicancel. Untuk pembatalan di Airbnb juga ternyata terkena biaya sebesar 50% yaitu Rp 4.247.580,-. Saya dengan yang lain akhirnya memesan hotel saja karena waktu sudah mepet tinggal 1 bulan lagi. Harga apartemen di Airbnb juga sudah pada naik dibanding harga 3 bulan sebelumnya, pilihan apartemen yang tersedia juga semakin sedikit dan kita menemukan hotel yang lumayan terjangkau untuk kantong kami. Harga per malamnya Rp 1.396.116. Total budget hotel selama 6 malam menjadi Rp 8.376.706, karena satu kamar berdua, jadi harga per orang menjadi Rp 4.188.350,-. Itu belum ditambah dengan denda pembatalan Airbnb senilai Rp 1.452.000,-. Jadi total budget untuk penginapan Rp 5.640.350. Oya, nama hotel tempat saya menginap adalah Hotel Livemax Asakusa Sky Front di daerah Sumida, Tokyo dekat sekali dengan Tokyo Skytree. Kamarnya termasuk kecil, tapi cukup lengkap amenities-nya seperti shower gel, shampoo, conditioner, piyama, microwave, hairdryer, mini kulkas dan bathup. Kalau mau laundry baju, hotel juga menyediakan fasilitas laundry coin dengan harga 200 yen untuk 1 kali mencuci dan 100 yen untuk 1 kali pengeringan baju. Jadi kita tidak perlu membawa baju yang banyak, kita bisa menyisakan space di koper untuk belanja dan oleh-oleh. Untuk menekan budget di penginapan, teman-teman sebenarnya sangat bisa untuk menghemat ya, seperti misalnya mengambil hostel, dormitory, atau capsule hotel. Namun karena saya agak menjaga privasi dan kurang nyaman, apabila satu kamar dengan orang asing, jadi saya tidak mengambil kamar model sharing seperti itu ya.
Last but not least, kita siapkan SIM Card/eSIM. Untuk perjalanan satu minggu, saya biasa membeli SIM Card. Tetapi kalau di bawah itu, saya biasa membeli paket roaming saja. Saya membeli SIM Card di Sh*pee dengan harga Rp 200.000,- untuk masa aktif 7 hari dan kuota sebesar 10 GB. Sebenarnya masih lebih terjangkau membeli eSIM, namun sayangnya handphone saya masih belum support penggunaan eSIM.
Jadi, untuk persiapan keberangkatan total budget yang saya keluarkan adalah:
·
Tiket Pesawat =
Rp 5.850.000,-
·
Hotel =
Rp 5.640.350,-
·
Pembuatan Visa =
Rp 560.000,-
· SIM Card = Rp 200.000,-
Total =
Rp12.250.350,-
Oke sekian dulu ya. Untuk trip saat di Jepangnya, insyaAllah nanti lanjut di Part 2 ya.
Terima kasih.
Komentar
Posting Komentar