Sekedar Unek-Unek dari dan untuk Pengguna Jasa Commuterline

Halo, Assalamu'alaikum readers !
Akhirnya saya muncul lagi untuk mengeluarkan unek-unek tentang tingkah penumpang di commuterline yang mengganjal hati dan pikiran saya selama ini 😋 .
Oh iya, saat ini kita sedang berada di bulan puasa, bulan suci Ramadhan dan godaan yang datang ke kita semakin lama semakin kuat saja. Semoga kita tetap istiqomah hingga Hari Kemenangan tiba.


Sore ini tanggal 16 Juni 2017 sekitar pukul 15.35 Wib, saya dalam perjalanan dengan commuterline yang akan turun di Stasiun Tanah Abang. Saya bukan pengguna jasa commuterline yang aktif tiap harinya, namun dapat dibilang cukup sering menggunakan jasa commuterline untuk berangkat dan pulang kerja.
Saat commuterline yang saya naiki mulai memasuki Stasiun Tanah Abang, saya dapat melihat begitu banyaknya calon penumpang yang ingin naik ke commuterline yang saya tumpangi. Sementara jumlah penumpang yang akan turun tidak seberapa dibandingkan calon penumpang yang akan naik. Begitu pintu commuterline terbuka, berebutanlah para calon penumpang untuk masuk ke commuterline (dengan harapan mendapat tempat duduk). Mereka saling dorong dan kebanyakan membawa barang belanjaan yang besar-besar, sepertinya habis belanja dari Pasar Tanah Abang. Sementara, mereka sama sekali tidak memberikan jalan bagi penumpang yang akan turun, termasuk saya. Saya yang sebenarnya sudah di posisi depan pintu keluar, akhirnya menepi juga ke pinggir pintu, karena ngeri melihat keganasan orang-orang di depan saya hingga ada seorang ibu yang jatuh di depan saya. Dan herannya orang-orang tetap cuek dan hanya speak,"Ini didorong sih." Ada hal lain juga yang membuat saya agak kesal dan geleng-geleng kepala. Seorang bapak-bapak dengan barang bawaannya yang segede gaban ketika berusaha naik commuterline dengan entengnya mengatakan, "Yang naik dulu lah, yang mau turun bisa belakangan !" Dalam hati saya, "What? Are you crazy?" Kok ngeselin bapak ini ya. Dimana-mana, yang mau turun/keluar itu dikasih jalan. Lah ini kok kebalik. Dan akhirnya saya dan penumpang lain pun turun dari commuterline setelah orang-orang sudah pada naik. Saya hanya tidak habis pikir dengan orang-orang yang egois yang mindsetnya sudah bebel untuk diubah. Bapak-bapak tadi dengan mudahnya berucap seperti itu dan saya yakin ketika posisi bapak itu dibalik yaitu giliran dia yang akan turun dari commuterline, pasti dia akan berucap, "Yang turun dulu. Yang turun dulu. Kasih jalan."

Jujur saya sedih, susah sekali membiasakan orang-orang untuk menerapkan budaya yang sebenarnya sederhana, seperti memberikan jalan bagi penumpang yang akan turun/keluar dari commuterline, budaya mengantri tidak saling menyerobot atau mendorong, budaya membaca sebelum bertanya, dan masih banyak yang lain. Saya sendiri benci sekali dengan orang yang suka dorong-dorongan, maksudnya untuk apa coba? Susah sekali ya untuk bisa sabar? Kebanyakan orang hanya memikirkan dirinya masing-masing. Mereka mungkin berpikir, "Gue nggak kenal inih sama mereka." Maaf beribu maaf, saya harus jujur, berdasarkan pengamatan saya, kebanyakan penumpang commuterline yang bertingkah seenaknya sendiri ini bapak-bapak atau ibu-ibu usia 40-55 tahunan. Saya nggak tahu kenapa mereka ini suka sekali mendorong dan menyerobot.

Tentang hal lain dari commuterline adalah soal tempat duduk. Siapa sih yang berhak untuk mendapat tempat duduk? Di tiap-tiap ujung kereta sudah disediakan tempat duduk prioritas yang diperuntukkan bagi ibu hamil, ibu membawa anak, dan orang lanjut usia. Jadi, penumpang yang memang di luar kategori tadi, seharusnya dengan sadar diri memberikan tempat duduknya untuk yang lebih membutuhkan tempat duduk tersebut.
Kemudian, saya pribadi termasuk orang yang fine-fine saja kalau laki-laki yang duduk tidak memberikan kursinya bagi perempuan. Saya pikir laki-laki memang punya hak untuk mendapat tempat duduk kok. Tapi lebih baik lagi kalo mereka mau memberikan tempat duduknya bagi perempuan. Itu terlihat lebih gentle hehe.
Saya juga kadang miris kalau sampai melihat ibu hamil yang harus mengemis-ngemis meminta tempat duduk karena kebanyakan orang yang duduk 'terlihat' seperti tidur. Jujur, saya sendiri kalau sudah dapat tempat duduk sebenarnya agak mager juga untuk berdiri dan memberikan tempat duduk untuk yang lebih membutuhkan. Tapi anehnya, semager-magernya saya dan sekurang ikhlasnya saya memberikan tempat duduk, nyatanya saya lagi dan saya lagi yang memberikan tempat duduk. Yang lain cuek sekali. Saya bingung. Saya tahu, mungkin orang sudah pada capek kerja atau beban hidupnya sangat tinggi yang kita mana tahu, tapi sayangnya rasa kemanusiaan mereka juga ikut hilang.

Ada cerita yang lain juga yang belum lama saya alami sendiri. Ada 2 gadis muda yang ikut naik bersama saya dalam perjalanan commuterline relasi Manggarai - Bekasi. Kami satu gerbong dan jaraknya cukup berdekatan. Saat itu adalah jam pulang kerja, jadi sedang padat-padatnya memang. 2 gadis muda ini sepertinya jarang naik commuterline atau mungkin sering tetapi tidak biasa naik saat jam berangkat dan pulang kerja. Kereta yang saya tumpangi itu memang penuh sesak seperti biasa. Nah salah satu dari gadis muda ini lama-lama tampak gelisah dan seperti sempoyongan. Sepertinya dia susah bernafas dalam keadaan commuterline yang penuh sesak seperti itu. Temannya yang satu lagi berusaha menenangkan gadis itu dan mulai meminta tempat duduk kepada penumpang di depannya. Tapi orang-orang yang duduk itu masih tetap merem dan nyenyak sekali untuk dibangunkan. Benar saja, di sekitar Cipinang, gadis muda itu ambruk. Dia pingsan di sebelah saya. Dalam keadaan seperti itu, orang-orang baru 'terlihat' simpatik dengan gadis itu. Ada ibu-ibu yang berceloteh, "Iya, dari tadi dia udah teler sebenernya." Hebatnya, orang-orang yang duduk di kursi depan saya langsung pada melek semua. Sepertinya sudah terbangun dari mimpi. Telat. Mau nawarin kursi percuma menurut saya. Akhirnya gadis muda yang pingsan itu diturunkan di stasiun terdekat, yaitu Stasiun Klender didampingi temannya. Lagi dan lagi, saya dibuat geleng-geleng kepala dan miris, begitu banyak pria yang ada di gerbong yang saya naiki, tapi hanya ada satu bapak-bapak yang membantu temannya si gadis pingsan dalam membawa gadis pingsan itu. Dan gadis pingsan itupun dibawa dengan cara diseret karena cukup berat apabila diangkat hanya oleh 2 orang. Bapak-bapak dan mas-mas yang lain hanya melihat saja. Saya juga tidak berbuat apa-apa memang. Mungkin saya juga sama saja dengan yang lain, tapi saya rasa apa salahnya mengeluarkan sedikit energi untuk membantu membawa gadis yang pingsan itu bagi orang-orang yang katanya mengaku sebagai pria?

Sekian celotehan saya yang mungkin tidak berguna ini. Saya hanya ingin orang-orang lebih peduli dengan keadaan sekitar, dimana ini berlaku untuk saya juga. Sepertinya akan indah sekali kalau kita terbiasa membudidayakan hal-hal yang sederhana ini. Saya tidak ingin membandingkan orang Indonesia dengan orang-orang di negara maju yang tingkat kesadaran masyarakatnya sudah sangat tinggi, tapi saya berharap semoga masyarakat Indonesia bisa memiliki mindset dan tingkah laku yang beretika dan beradab. Tidak hanya jago berspeak ria, tapi actionnya nol. Kebanyakan orang-orang hanya ingin dimengerti dan dihargai, tapi tidak bertindak sebaliknya, mengerti dan menghargai orang lain :-) .

Komentar

Postingan Populer