Kesedihan dan Kesendirian


Ada quote yang saya suka dari Tere Liye, seorang penulis yang telah melahirkan banyak buku menginspirasi. “Terkadang kesedihan memerlukan kesendirian, meskipun seringkali kesendirian mengundang kesedihan tak tertahankan.” Ngena kan quotenya.

Kesedihan memerlukan kesendirian.
Bagi orang A (bergolongan darah ~ saya termasuk orang yang percaya golongan darah merupakan salah satu dari banyak faktor yang ikut mempengaruhi kepribadian seseorang) seperti saya ini, apa yang dikatakan Tere Liye ini memang benar sekali. Kesedihan memerlukan kesendirian. Ada orang seperti A yang memang ketika sedang merasa sedih atau punya masalah, dia lebih memilih untuk diam atau ketika sedang berkumpul dengan banyak orang, dia akan menutupi dengan fake smile andalannya. Munafik ? Sepertinya ini hal yang berbeda. Karena orang tipe ini memang tidak ingin atau tidak suka meluapkan atau mencecerkan perasaannya kepada orang lain. Dia lebih memilih untuk merasakan kesedihan atau kesulitannya sendiri. Kenapa ? Karena dia sulit untuk percaya dengan orang lain. Karena dia tidak ingin membebani orang lain dengan masalahnya. Atau karena memang tidak ingin orang lain mencampuri masalahnya. Dia lebih memilih, “Kamu lebih baik diam saja. Tak perlu mendekati saya. Ini masalah saya, ini kesulitan saya. Cukup doakan saya saja supaya saya bisa melewati semua ini, itu pun kalau kamu benar-benar peduli dengan saya.” Seperti itulah A.Tapi mungkin akan sedikit berbeda ceritanya, sikap A terhadap orang yang sudah dia percayai. Terhadap orang yang dia percayai mungkin dia akan “sedikit” lebih terbuka. Tapi tetap saja, A akan lebih memilih memendam kesedihannya seorang diri. Orang yang penuh dengan luka. Poor A !

Kemudian bukan berarti karena A tidak suka orang lain ikut campur dengan kehidupannya terutama permasalahannya, lalu A akan cuek begitu saja dengan orang lain. Begini-begini, A mempunyai empati yang luar biasa kepada orang lain yang sedang kesulitan atau yang sedang membutuhkan dia. Karena A adalah orang yang tidak tegaan, dia tidak enakan dengan orang lain. Tapi ya begitulah A, karena dia memang tidak suka kehidupannya dicampuri oleh orang lain, ketika dia membantu orang lain, dia tidak akan terlalu “larut” dalam membantu. Bukan karena dia cuek, tapi karena A merasa bahwa bagaimanapun setiap orang mempunyai privasi dan dia tidak ingin sikapnya justru sampai mengganggu privasi orang lain. Dia sangat menghargai itu. Dia mengaca dirinya sendiri yang memang tidak suka orang lain mengganggu privasinya. Meski kadang itu disalah artikan orang lain sebagai bentuk kekurangpedulian.
 
Kesendirian mengundang kesedihan.
Oke, ini bukan saya maksudkan untuk menyindir para jomblo ya. Bagi orang A seperti saya ini, kalimat ini kurang berlaku. Kenapa ? Karena A memang sudah biasa sendiri. Mungkin seringkali orang akan bertanya, “Kamu sendirian berani?” atau “Kamu gak papa sendirian?” Bagi orang macam saya, ini adalah hal yang biasa. Karena pada dasarnya A adalah tipe penyendiri. Berbeda sekali dengan O. Walau terkadang pastilah A merasa kesepian, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Tapi A, dia akan berusaha kuat meski tidak ada orang yang menguatkan dia. Tapi dia punya Allah dan dirinya sendiri yang akan menguatkan. Bagi A, dia lebih memilih menyibukan dirinya dengan banyak hal sampai dia larut dengan kesibukannya hingga lupa dengan kesedihannya. Tapi pastinya akan lebih baik kalau A menghabiskan atau menyibukan dirinya dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
Kalau kalian mempunyai teman atau saudara yang seperti A, saya sarankan, “ Jangan ganggu dia ketika dia sedang bersedih. Jangan ajukan pertanyaan-pertanyaan meski itu karena kalian peduli dengan A. Biarkan dia sendiri, biarkan dia tenang dengan pikiran dan perasaannya. Lebih baik berikanlah dia pelukan, pelukan hangat yang menenangkan. Dan berikanlah senyuman, senyuman yang meneduhkan.”
Karena A punya persepsi, “Orang yang datang kepadanya ketika A sedang bersedih hati atau mempunyai kesulitan, itu bukan berarti karena mereka memang benar-benar peduli. Tapi faktanya orang-orang datang hanya karena mereka ingin tahu permasalahannya alias kepo. Setelah itu, sudah, hilang entah kemana ketika dibutuhkan.” Saya sendiri lebih memilih untuk bercerita/mengadu hanya kepada-Nya, karena saya pikir masalah saya itu tidak penting untuk diketahui orang lain. Apakah itu salah? 

Untuk kalian para A dan juga untuk saya sendiri, sebenarnya memendam masalah/kesedihan/kesulitan seorang diri itu juga tidak baik. Kita akan cepat tua nanti. Kita harus mulai menumbuhkan kepercayaan kepada orang lain. Sulit mungkin, apa lagi kalau kita pernah mempunyai pengalaman pahit, seperti dikhianati orang lain atau dibocorkan cerita-cerita kita kepada orang banyak yang seharusnya menjadi rahasia. Percayalah, di dunia ini masih banyak orang berhati baik, orang-orang yang peduli, tulus dan ikhlas dalam membantu. Tapi, sebelum kita bercerita kepada orang lain, alangkah baiknya kita mengadukan semua permasalahan kita kepada Allah. Kita tidak benar-benar sendiri. We’re alone but not lonely. Because We have Allah.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer