Mamuju, Ibukota Provinsi yang Terus Berbenah
Setelah vakum enggak nulis dari bulan Agustus, akhirnya saya comeback. Horeeeyy !!! Pada tulisan kali ini saya ingin berbagi pengalaman saya ketika berkunjung ke Mamuju, tepatnya saat bulan September kemarin. Pada tahukan Mamuju itu dimana? Atau jangan jangan malah belum pernah dengar nama Mamuju? Jadi, Kota Mamuju ini adalah ibukota dari provinsi yang belum lama dibentuk yaitu Sulawesi Barat.
Penerbangan dari Jakarta ke Mamuju ini tidak ada penerbangan yang langsung. Jadi kita harus transit dulu di Makassar. Untuk penerbangan dari Jakarta ke Makassar (Ujung Pandang), saya menggunakan maskapai Lion Air. Tadinya mau memakai maskapai Garuda Indonesia, tapi karena saya pesan tiketnya dadakan jadi kuota penumpang sudah penuh. Baik, tidak masalah sebenarnya. Penerbangan dari Jakarta ke Makassar (Ujung Pandang) memakan waktu kurang lebih 2 jam. Nah sampai Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, saya masih harus menunggu penerbangan yang mau ke Mamuju. Di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar saya menunggu sekitar 4 jam. Lumayan lama. Akhirnya penerbangan yang ke Mamuju mulai dibuka saat waktu menunjukan pukul 13.15 waktu setempat. Untuk penerbangan dari Makassar ke Mamuju ini saya memakai maskapai Garuda Indonesia dan pesawat yang akan membawa terbang saya ini jenis ATR, kurang lebih kapasitasnya 70 orang.
Pesawat Garuda jenis ATR , Sumber : Google |
Jujur saja selama 1 jam penerbangan dari Makassar ke Mamuju, saya sulit untuk bisa tenang. Mungkin karena pesawatnya berukuran kecil, jadi pesawat ini lebih terasa guncangan-guncangannya. Berkali-kali saya mengucap takbir, tahlil, dan istighfar (kita seringkali mengingat Allah di saat-saat seperti ini, sementara saat kita bahagia akan hal-hal yang bersifat duniawi, kita lupa sama yang memberi nikmat :"(
Akhirnya satu jam yang membuat jantung saya berdetak lebih kencang terlewati juga. Saya sampai di Bandara Tampa Padang Mamuju. Yeayyy alhamdulillah. Bandara Tampa Padang ini cukup mungil, bisa dilihat seperti di foto bawah ini.
Sampai di bandara Mamuju ini, saya menyalakan handphone saya, dan ternyata oh ternyata, saya cukup kesulitan menemukan sinyal handphone. Atau mungkin provider yang saya gunakan, kurang bagus sinyalnya di daerah Mamuju. Selama perjalanan saya menuju hotel tempat menginap, saya masih mengecek sinyal handphone saya, dan hasilnya nihil. Jalan jalan yang dilewati menuju hotel naik turun, berkelok kelok, dan di sebelah kiri itu tebing-tebing. Suasananya masih khas daerah pedalaman. Masih hijau, kendaraan sedikit. Bisa dibilang sepi. Hari pertama saya di Mamuju itu saya habiskan untuk istirahat, karena perjalanan yang cukup panjang dari Jakarta, yang mana saya menuju bandara itu jam 3 pagi, karena boarding jam 04.30 dan sampai di hotel Mamuju itu sekitar pukul 4 sore.
Pagi hari sekitar pukul delapan saya jalan-jalan ke luar hotel. Ingin melihat-lihat suasana Mamuju, dan masih seperti kesan awal saya, Mamuju ini kota yang masih sepi. Kota yang memang sedang dalam proses berkembang. Saya sampai tanya ke penduduk setempat, ini beneran kotanya? Mereka jawab iya. Dalam hati saya, kok kota bisa sesepi ini, kendaraan bisa dihitung yang lewat. Disana justru lebih banyak kendaraan beroda empat dibanding kendaraan beroda dua. Terus tidak ada angkot. Tempat seperti alf*mart dan ind*mart juga belum ada. Dan akhirnya pagi itu saya memutuskan untuk pergi ke pasar tradisionalnya. Karena kebetulan dekat dengan hotel tempat menginap. Kabar bahagia buat saya, sampai di pasar tiba-tiba handphone saya bunyi karena banyak masuk pesan Whatsapp, dan itu artinya saya dapat sinyal hahaha :'D. Lanjut lagi, karena Mamuju ini daerah pesisir maka banyak hasil laut seperti ikan. Harga ikan-ikan, udang dan teman-temannya itu cukup murah dibanding di Jakarta. Tapi tidak mungkin juga saya beli lobster dari Mamuju untuk kemudian dibawa ke Jakarta. Akhirnya saya memutuskan untuk membeli ikan asapnya. Cukup awet jika dibawa ke Jakarta. Murah, sepuluh ribu dapat berapa gitu (lupa hehe). Habis dari pasar, saya balik lagi ke hotel, sarapan dan menaruh belanjaan dulu. Selepas itu, karena siang sampai malamnya saya ada acara, jadi pagi itu saya ngebet pengin ke lautnya. Dari hotel ke laut itu saya naik becak dan bayarnya itu lima ribu rupiah. Angin sepoi sepoi dan jalanan berasa milik sendiri (saking sepinya :D )
Pantai Manakarra namanya. Pantainya ini tidak ada pasirnya, jadi lebih cocoknya langsung disebut laut ya. Mirip-mirip Pantai Losari gitu. Jadi bangunan semen, bawah langsung air laut. Ini penampakan Pantai Manakarra.
Nah di Pantai Manakarra ini juga terdapat payung hidrolik seperti yang ada di Masjid Nabawi, engga usah jauh jauh deh, seperti di Masjid Agung Jawa Tengah di Semarang. Ini ngambil fotonya waktu becaknya masih jalan.
Deretan payung hidrolik |
Selain itu, di Pantai Manakarra ini terdapat Gong Perdamaian Nusantara. Dalam struktur Gong Perdamaian Nusantara ini menampilkan tulisan gong perdamaian nusantara, logo kabupaten/kota
se-Indonesia, logo provinsi, simbol agama resmi di Indonesia serta peta Negara Kesatuan Republik Indonesia,
sehingga makna filosofisnya adalah menyatukan seluruh nusantara. Selain itu, Gong Perdamaian Nusantara ini dikelilingi tiang-tiang merah, dimana masing-masing tiang ini terdapat tulisan nama-nama kecamatan yang ada di Kabupaten Mamuju. Keren ya!
Gong Perdamaian Nusantara |
Saat saya disana, Pantai Manakarra ini masih sedang dalam tahap percantikan (istilah apa ini). Saya sempat tanya ke pekerja yang ada disana, saya kira Pantai Manakarra ini sedang dalam perbaikan, ternyata masih dalam pembangunan sana sini, mempercantik diri gitu lah. Saya yakin Pantai Manakarra ini lama-lama makin terkenal. Tapi sewaktu saya kesana, pengunjung yang datang sepertinya hanya saya sendiri. Tapi kata abang tukang becak yang saya naikki kalau malam minggu Pantai Manakarra bakalan ramai pengunjung (ternyata, enggak di kota itu, di kota ini, sama aja, kalau malam minggu tempat wisata bakal rame haha). Hari itu muter-muter Mamuju nya selesai. Karena selanjutnya harus kembali pada tugas pekerjaan saya di Mamuju.
Hari ketiga di Mamuju.
Pagi hari saya jalan-jalan lagi ke pasar tradisional disana. Saya berniat untuk membeli oleh oleh. Tapi ketemunya ikan lagi ikan lagi haha. Hari ketiga di Mamuju, saya lebih banyak di kamar hotel, packing ini itu, dan harus membereskan berkas-berkas penting yang harus saya bawa ke Jakarta. Check out dari hotel sekitar jam setengah 12 siang dan langsung pergi menuju Bandar Udara Tampa Padang Mamuju. Bye bye Mamuju. Kota yang sepi dan terkenal dengan kepanjangannya Maju Mundur Jurang (Mamuju). See you next time!
Komentar
Posting Komentar